Penerapan strategi guerrilla marketing atau pemasaran gerilya kerap menjadi pilihan ketika suatu bisnis ingin memperoleh hasil yang besar, tapi budget tipis. Bahkan, taktik ini disebut-sebut mampu mengurangi biaya pemasaran hingga 90 persen. Tidak heran strategi tersebut terus jaya sejak 1970-an.
Sejak itu, taktik tersebut sudah jauh berkembang. Saat ini, pemasaran gerilya menjadi sarana inkorporasi offline dan online dengan memicu e-WOM. Sejumlah bisnis online pun telah menggunakan taktik pemasaran gerilya. Nah, tantangannya sekarang adalah menemukan seperti apa strategi guerrilla marketing yang pas untuk ke depannya. Telusuri selengkapnya di sini!
Strategi Guerrilla Marketing 2023
- Street Marketing
Street marketing biasanya merupakan strategi yang langsung terpikirkan saat mendengar guerrilla marketing. Sesuai namanya, strategi ini bertujuan untuk menemui audiens di jalan. Street marketing dinilai memiliki efektivitas tinggi bersama digital out home advertising lain seperti billboard, karena mampu menarik perhatian orang-orang yang lewat. Saat melihat promosi semacam ini, orang cenderung penasaran dan akan mencari tahu lebih lanjut.
Contohnya film horor berjudul IT yang menerapkan street marketing di pusat perdagangan Sydney. Hanya dengan mengikat satu balon merah pada penutup saluran air, perhatian publik sudah tertuju kepadanya. Apa sebenarnya pesan dari strategi ini guerrilla marketing ini? Tim marketing dari film tersebut menyiratkan bahwa tokoh antagonis, badut Pennywise, bisa saja ada di dekat kita. Soalnya, Pennywise menimbulkan teror dengan muncul dari saluran air bawah tanah.
Masih ada lagi contoh street marketing yang relatif murah, namun dampaknya besar. Bahkan, strategi ini justru dilakukan oleh dua brand mewah, yaitu Gucci dan Balenciaga. Seperti apa kehebohan yang ditimbulkan?
Masyarakat saat itu melihat coretan besar tulisan “Gucci” di jendela depan toko Balenciaga. Saat masuk toko di daerah Madison Avenue itu, konsumen pun disambut dengan sejumlah desain khas Gucci, seperti adanya garis merah dan hijau. Uniknya, motif khas Gucci itu tidak dipasangkan dengan logo G khas Gucci, melainkan malah logo Balenciaga. Produk-produk pun disertai grafiti, “This is not a Gucci bag”.
Ternyata, itu merupakan pemasaran untuk seri kolaborasi kedua brand, Hacker Project. Konsepnya sengaja disusun untuk memicu rasa penasaran konsumen sekaligus menunjukkan bahwa kedua brand mampu melebihi ekspektasi konsumen dengan menghadirkan inovasi terbaru.
Praktik pemasaran di ruang publik kembali bangkit setelah kebijakan ketat pandemi sudah dicabut. Jadi, street marketing dapat menjadi langkah untuk menimbulkan efek besar bagi brand Anda. Namun, perhatikan juga peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jangan sampai street marketing yang dilakukan melanggar peraturan seperti vandalisme atau keributan.
- Ambush Marketing
Strategi ambush marketing dilakukan dengan cara “membajak” suatu acara atau bahkan praktik pemasaran brand lain. Ambush marketing awalnya bertujuan supaya suatu perusahaan dapat mengasosiasikan brand miliknya dengan suatu acara tanpa budget besar. Hal tersebut pun masih berlaku hingga saat ini.
Siapa sangka film horor bisa dipromosikan di kursi penonton pertandingan baseball? Hal ini dilakukan oleh Paramount Pictures untuk memasarkan film Smile. Tim pemasaran tersebut merekrut beberapa orang untuk mempraktikkan ekspresi senyum menakutkan seperti di film. Setidaknya hal ini dilakukan di dua pertandingan baseball, yaitu Yankees vs Mets dan Dodgers vs Cardinals.
Hasilnya, jagat media sosial ramai membahas strategi marketing yang satu ini. Mulai dari Twitter, Instagram, hingga TikTok jadi membicarakan cara pemasaran tidak biasa oleh Paramount. Sebagian besar menunjukkan sentimen positif, seperti menyebutnya sebagai “next-level marketing”.
Apakah strategi ambush marketing efektif? Penelitian menemukan bahwa orang yang terpapar ambush marketing memiliki minat beli lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah melihatnya. Jadi, selain meningkatkan awareness, langkah seperti ini dapat berujung pada peningkatan angka penjualan.
Lalu, apakah ambush marketing ilegal? Jawaban singkatnya, strategi ini tidak ilegal. Namun, taktik ambush memang kadang-kadang dinilai tidak etis. Misalnya, ada banyak netizen yang melayangkan pujian kepada tim marketing Smile, namun ada juga yang tidak setuju.
“Anda tidak akan (memberi pujian) jika Anda adalah penggemar baseball dan harus tahan dengan gangguan yang membuat frustrasi ini selama 9 innings,” ucap pengguna Twitter @johnd27d.
Alih-alih membawa keuntungan, ambush marketing bisa saja menjadi bumerang. Sehingga, apa yang harus diperhatikan? Pastikan Anda mengenal profil audiens dengan baik. Apakah kira-kira reaksi target audiens Anda positif? Sebab, setiap strategi guerrilla marketing memang berisiko memicu berbagai reaksi. Bisa saja ada yang jadi penasaran dengan brand dan produk Anda, memberikan pujian, tidak tertarik atau bisa juga melayangkan hujatan.
Komentar negatif sebenarnya tidak masalah, karena tidak semua orang memiliki opini yang sama. Tapi, perlu dipastikan bahwa itu tidak akan memengaruhi tujuan dari strategi Anda. Bagaimana maksudnya? Artinya, strategi Anda tetap aman walau menerima komentar negatif, asal orang-orang yang memberikan komentar negatif bukan target audiens. Jika memenuhi preferensi target audiens, mereka bisa saja tetap menyukai dan membeli produk bisnis Anda tanpa peduli adanya reaksi negatif tersebut.
- Experiential Marketing
Berikutnya, ada experiential marketing yang sifatnya sangat bergantung pada tanggapan audiens. Sisi positifnya, konsumen jadi bisa merasa lebih dekat dengan brand karena diberikan kesempatan untuk terlibat secara logika atau emosional. Namun, itu berarti Anda perlu menyusun kampanye yang benar-benar mampu mendorong audiens untuk terlibat di dalamnya.
Experiential marketing dilakukan ketika Samsung bagi-bagi smartphone Galaxy S9 ke Appel. Anda tidak salah baca, karena tim Samsung benar-benar mengunjungi Desa Appel di Belanda untuk memberikan ponsel secara gratis. Jika diterjemahkan, kata “appel” dalam bahasa Belanda berarti apel, atau sama dengan kompetitor utama Samsung, yaitu Apple.
Sebanyak 50 dari 132 penduduk desa kecil tersebut sontak mendapat gadget baru dalam kampanye berjudul “Appel-gemeenschap switcht naar Samsung” atau “Komunitas Apple beralih ke Samsung”. Untuk memastikan strateginya lancar, perusahaan asal Korea ini sebelumnya sudah menghubungi seorang remaja penggemar Apple dari desa tersebut.
Bayangkan, bagaimana jika penduduk desa tidak menyambut baik kedatangan tim Samsung? Itulah risiko yang dimiliki dari experiential marketing. Jika berminat melakukannya, rencanakan dengan matang supaya dapat menarik target audiens. Tidak ada salahnya jika Anda mengajak perwakilan komunitas untuk berdiskusi terlebih dahulu, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Samsung. Selanjutnya, pengalaman audiens terhadap brand dapat diukur dari engagement terhadap experiential marketing Anda.
- Gimmick Marketing
Mungkin Anda kerap mendengar kata-kata ini disebut dengan konotasi negatif. Meski begitu, strategi ini bisa membawa keuntungan jika dilakukan secara tepat. Nah, sebetulnya apa itu gimmick marketing?
Ini merupakan trik untuk menarik perhatian audiens dan menciptakan atau meningkatkan minat terhadap brand. Kuncinya ada pada promosi secara tersirat. Kenapa harus tersirat? Sebab, sekarang konsumen cenderung tidak suka marketing terang-terangan. Alasan itulah yang membuat strategi ini menjadi andalan.
Salah satu perusahaan makeup lokal, Secondate Beauty, melakukan gimmick marketing sebelum peluncuran bisnisnya. Saat itu, sejumlah influencer lokal mengunggah berbagai foto sudut kota Jakarta yang diedit dengan tambahan tulisan “2ND8”. Keterangannya pun sengaja mendorong rasa penasaran netizen. Selebgram Rachel Goddard menulis, “Dari kemaren ngeliatin logo ini! Apa ya nih? Ada yang tau?”
Sontak saja netizen yang mengikuti para selebgram heboh membicarakannya. Muncul beberapa asumsi berseliweran. Kemudian, barulah diumumkan bahwa selebgram Titan Tyra meluncurkan brand kosmetik Secondate Beauty.
Dapat dilihat bahwa Titan Tyra selaku founder dari perusahaan memanfaatkan relasi dan profesinya sebagai seorang selebgram dan beauty vlogger. Titan merangkul teman-temannya untuk membantu pemasaran selama periode pre-launching, sehingga mampu menumbuhkan ketertarikan netizen. Ketika diluncurkan, Secondate Beauty pun sukses menjual 10 ribu produk.
Sisi negatifnya, gimmick marketing mungkin menurunkan kredibilitas brand. Dengan sengaja memicu rasa penasaran, audiens dapat merasa tertipu karena tidak sesuai ekspektasi atau merasa “dipermainkan”. Lagi-lagi, Anda perlu memperhatikan profil audiens untuk memahami kecenderungan perilaku konsumen untuk menghindari hal seperti ini.
Setelah mengetahui beberapa strategi beserta contoh yang dijabarkan, mungkin Anda masih mempertimbangkan kenapa harus menggunakan guerrilla marketing. Kalau begitu, simak alasan menggunakan guerrilla marketing di bawah ini.
Alasan Menggunakan Guerrilla Marketing
Jika melihat strategi-strategi di atas, dapat dilihat adanya kesamaan berupa e-WOM, bukan? Dengan informasi bahwa 73 persen populasi Indonesia menggunakan internet, kreativitas yang dituangkan dalam pemasaran gerilya bertujuan memancing pembicaraan di media sosial.
Dari situ, tujuan selanjutnya dari strategi guerrilla marketing tidak langsung menargetkan penjualan. Bisa saja suatu bisnis berniat membangun atau meningkatkan brand awareness, brand recall, hingga membuat reputasi perusahaan menjadi positif. Inovasi yang diterapkan dapat membuat publik menilai bahwa brand Anda mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan terobosan baru.
Selain kreativitas, strategi guerrilla marketing bergantung pada bagaimana Anda mampu menggunakan elemen brand serta sumber daya yang ada. Jangan ragu memanfaatkan warna brand, relasi bisnis, hingga keterlibatan audiens untuk mewujudkan langkah marketing terbaik Anda.