Setelah memahami pentingnya konten marketing dan mempelajari beberapa contoh corporate blogging yang sukses, bagian puzzle terakhir adalah bagaimana cara membangun tim konten yang bisa mengeksekusi itu semua? Tanpa tim yang solid, kualitas eksekusi akan berkurang dan startup Anda akan semakin sulit mencapai objective tertentu.
Tim anakmarketing.com akan membahas hal tersebut dalam rangkaian wawancara bersama Adhika Dwi Pramudita, Managing Director dari Penulis.ID, salah satu content marketing agency terbesar di Jakarta. Dengan pengalaman mereka menangani berbagai klien besar seperti GoTo dan Modalku, Penulis.ID diisi oleh banyak sekali talenta content creator berpengalaman. Bagaimana cara mereka membangun tim konten startup yang solid sehingga bisa mengeksekusi strategi content marketing yang complicated?
(Rima – anakmarketing.com) Untuk startup yang baru akan memulai content marketing atau blogging, startup itu harus punya apa saja?
(Adhika) Kalau objective sudah jelas, kita sebenarnya tinggal menulis saja. Jadi kalau dia sudah punya content writer saja sudah bisa mulai. Kalau ada budget lebih, content writer ini boleh ditemani dengan graphic designer agar kontennya lebih visual dan tidak boring. Kalau budgetnya masih ada, boleh juga dibantu dengan digital strategist.
Paling ideal kita sebenarnya punya minimal satu content writer, satu graphic designer, dan satu digital strategist.Tapi at the bare minimum, kita mulai dengan content writer saja juga bisa. Jadi komposisi tim bisa sesuaikan dengan budgetnya.
Ada tips khusus agar kita bisa hiring anak konten startup yang bagus?
Kalau hiring anak konten, yang paling penting adalah kemampuan story telling dia. Misal di Penulis.ID, kita punya banyak sekali content creator. Skill utama yang berusaha kita seleksi saat interview, kita selalu mulai dengan melihat portfolio mereka. Sebagus apa skill story telling mereka? Kita ingin tahu seberapa bagus mereka membuat konten yang bisa menjawab pertanyaan audiens.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah kemampuan untuk belajar hal baru. Karena konten yang bagus kan konten yang menjawab kegalauan audiens. Nah padahal awalnya kita sendiri kemungkinan juga tidak tahu cara menjawabnya kan, jadi kita harus cari tahu dulu, belajar dulu, agar kita bisa menjawab kegalauan itu.
Terakhir, anggap saja bonus, kalau punya berarti bagus, kalau tidak punya juga tidak apa-apa. Kalau bisa dia punya kemampuan untuk membaca analytic. Ini bonus saja, soalnya kalau budget kita besar kita bisa tinggal hiring digital strategist. Tapi kalau budget kita terbatas, kalau kita punya content writer yang bisa baca analytic, akan sangat membantu, terutama untuk menghemat budget. kalau kita bisa baca analytic, kita jadi bisa tahu apakah sebuah konten yang kita bikin itu works atau enggak.
——–
Menurut Adhika, tim konten yang ideal terdiri dari content writer, graphic designer, dan digital strategist. Lalu selain kemampuan storytelling dan belajar dengan cepat, apa saja skill khusus yang dibutuhkan oleh masing-masing posisi di atas?
Content Writer
Selain storytelling, seorang content writer yang baik juga harus memahami objective yang ingin dicapai serta audiens yang dituju. Konten yang “bagus” itu hanya bisa dibilang bagus kalau mencapai objective yang diinginkan dan berhasil menarik audiens yang dituju. Jangan pernah menilai kualitas content writer dari “cantik” atau tidaknya konten. Contoh apabila objectivenya adalah menaikkan follower Instagram, fokus pada membuat konten dan activity yang berpeluang membuat orang ingin memfollow kita, bukan fokus pada apakah titik atau koma lebih penting di satu kalimat misalnya.
Graphic Designer
Di era modern, graphic designer yang baik dituntut untuk lebih memahami audiens dan platform yang mereka gunakan. Style untuk Instagram dan LinkedIn misalnya, bisa berbeda. Meskipun konsistensi desain itu penting, terkadang designer juga harus memahami bahwa tiap audiens juga memiliki preferensi style desain sendiri-sendiri. Designer yang baik selalu memikirkan audiens yang dituju, daripada sekedar preferensi pribadi atau hanya mengejar “konsistensi”.
Digital Strategist
Apabila Anda memiliki budget lebih, digital strategist bisa sangat membantu tim konten berkembang lebih cepat. Digital strategist yang baik bisa membaca data analytic dan menganalisa mana konten yang works dan mana yang tidak. Rekomendasi dari digital strategist ini bisa digunakan oleh content writer dan graphic designer untuk membuat konten yang lebih disukai oleh audiens yang ditarget. Selain harus bagus dalam hal menerjemahkan data, digital strategist di tim konten juga harus selalu bereksperimen, untuk berani mencoba strategi baru dan mengukurnya dengan baik.
Itulah tadi sedikit ulasan lebih detail mengenai tiga posisi penting yang ideal dalam membangun tim konten startup. Namun sekali lagi, seperti yang telah disebut Adhika, kalaupun startup Anda tidak memiliki budget yang cukup, kita selalu bisa mulai dengan hanya seorang content writer.
Part 1: Apakah Corporate Blogging Matters?
Part 2: Contoh dan Cara Startup ini Sukses Dalam Corporate Blogging
Part 3: Cara Membangun Tim Konten yang Kuat