Kini, lebih dari 80% brand di dunia sudah mulai menyadari bahwa content marketing berbasis review bisa menarik konsumen berkualitas tinggi, atau konsumen yang lebih berpeluang menghabiskan banyak uang untuk produk premium beserta pelengkapnya. Bahkan, influencer generated content adalah strategi yang menjadi pilihan utama para marketer.

Ini bukan hal yang mengejutkan sebab influencer generated content adalah taktik marketing yang berpotensi menghasilkan return on investment besar. Tapi, apa itu IGC yang menjadi strategi marketing kekinian dan apakah cara kerjanya sama dengan user generated content (UGC) yang juga menekankan ulasan konsumen? Mari kita pelajari apa itu IGC dan bedanya dengan UGC di sini!

Image by Freepik

Apa Itu IGC?

Sebenarnya, apa itu IGC? Pada dasarnya, influencer generated content adalah konten yang dibuat oleh individu dengan basis pengikut di platform media sosial. Karena itulah, influencer biasanya dianggap memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka bisa membuat konten berupa ulasan produk, endorsement, paid promote, atau lainnya sesuai dengan ketentuan dari brand.

Beda User Generated Content dan Influencer Generated Content Adalah…

Meski sekilas terlihat mirip, sebenarnya influencer generated content sedikit berbeda dengan UGC karena ketujuh faktor berikut:

1. Definisi

User Generated Content (UGC) adalah konten yang dibuat oleh pengguna atau pelanggan suatu produk atau layanan. Biasanya, UGC terjadi secara organik, tanpa dorongan atau kontrak formal dari brand. Sebaliknya, IGC melibatkan kolaborasi formal antara brand dan influencer. Influencer dibayar atau menerima insentif seperti sampel gratis untuk membuat dan membagikan konten yang mempromosikan produk atau layanan brand.

Meski demikian, keduanya memiliki format konten yang cukup mirip dan beragam. Misalnya, dalam bentuk artikel review produk di blog, foto dengan produk tertentu, video testimoni, video parodi, atau bahkan vlog yang dibagikan di media sosial.

2. Cara kerja

UGC biasanya muncul secara spontan. Jadi, pengguna yang merasa puas dengan produk atau layanan suatu brand sering kali berbagi pengalaman mereka secara sukarela melalui platform media sosial atau forum ulasan.

Di sisi lain, influencer generated content mengikuti kerangka kerja yang lebih terstruktur. Brand akan mengidentifikasi influencer yang sesuai dengan target audiens mereka dan menyusun perjanjian kerja sama. 

Kemudian, influencer akan mendapatkan panduan tentang bagaimana produk atau layanan tersebut harus ditampilkan, meskipun mereka tetap diberikan kebebasan untuk menyesuaikan konten sesuai dengan gaya mereka. Influencer kemudian mempublikasikan konten tersebut ke pengikut mereka, dengan harapan akan menciptakan engagement yang tinggi.

3. Biaya yang diperlukan dan kualitas produksi

Biaya untuk melaksanakan strategi marketing UGC relatif rendah atau bahkan nihil. Sebab, Anda bisa mengandalkan konten pengguna yang dibuat secara sukarela. Meski demikian, kualitas produksi UGC bisa sangat bervariasi, tergantung pada keterampilan pengguna dalam membuat konten. Beberapa UGC mungkin tampak kurang profesional, tapi justru inilah yang sering kali membuatnya terlihat lebih autentik.

Sementara itu, influencer generated content biasanya melibatkan biaya yang signifikan. Menurut Ice.id, biaya untuk jasa endorsement influencer di Indonesia sangat bervariasi. Yaitu, mulai dari ratusan ribu untuk influencer berskala kecil dan menengah hingga jutaan rupiah per post untuk influencer yang lebih populer. 

Namun, sebagai imbalannya, konten yang dihasilkan biasanya memiliki kualitas yang lebih tinggi. Influencer profesional sering kali menggunakan peralatan dan teknik produksi yang lebih baik, yang dapat menghasilkan konten yang menarik dan estetis.

4. Kontrol atas pembuatan konten

Dalam UGC, pengguna bebas mengekspresikan opini mereka dan tidak terikat pada panduan tertentu. Artinya, konten UGC dapat sangat bervariasi, dari ulasan positif hingga kritik yang mungkin tidak menguntungkan bagi brand.

Sebaliknya, influencer generated content memberi brand untuk memiliki lebih banyak kontrol atas pesan yang disampaikan. Meskipun influencer memiliki kebebasan untuk menyesuaikan konten dengan gaya dan kepribadian mereka, brand biasanya memberikan pedoman yang jelas tentang elemen kunci yang harus disertakan dalam konten. Tujuannya agar konten tersebut sesuai dengan target dan strategi pemasaran brand.

5. Tujuan kampanye

Tujuan dari UGC dan IGC juga berbeda. Brand sering kali memanfaatkan strategi UGC  untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan membangun komunitas dalam jangka panjang. Kemudian, influencer generated content lebih berfokus pada meningkatkan brand awareness dan mencapai audiens yang lebih luas melalui influencer. 

Dengan menjangkau pengikut influencer, brand dapat memanfaatkan jaringan sosial yang sudah terbangun dan memperluas jangkauan kampanye mereka. Selain itu, tidak menutup kemungkinan Anda juga bisa memilih IGC untuk kampanye yang lebih terarah dan terstruktur, seperti peluncuran produk baru atau promosi tertentu.

6. Tingkat engagement

Menurut Bazaar Voice, user generated content bisa menghasilkan 50% lebih banyak engagement. Apa rahasianya? Singkatnya, pengguna yang membuat konten tersebut adalah bagian dari kelompok audiens yang relevan dan benar-benar berminat pada produk atau layanan yang mereka ulas. Pada akhirnya, pengikut lain sering kali merasa tertarik untuk berinteraksi dengan konten ini karena mereka melihatnya sebagai testimoni yang jujur.

Tapi, bukan berarti Anda tidak bisa menghasilkan engagement rate yang bagus dengan influencer generated content. Justru, Anda juga dapat mencapai hasil serupa atau bahkan lebih tinggi dengan nano dan micro influencer, menurut Supply Gem. Tapi, perlu diingat bahwa rata-rata engagement rate dalam IGC lebih bergantung pada popularitas dan kredibilitas influencer tersebut. 

Meskipun influencer tersebut memiliki jumlah followers yang cukup besar, engagement yang dihasilkan mungkin tidak selalu seautentik UGC, terutama jika pengikut merasa bahwa konten tersebut hanya merupakan iklan terselubung.

7. Kesan autentik

Terakhir, UGC memiliki keunggulan besar dalam hal kesan autentik. Hal ini juga sudah terbukti dalam hasil penelitian Stackla yang diterbitkan di Social Media Today: konsumen masyarakat awam 2,4x lebih berpeluang mengatakan bahwa konten UGC lebih autentik. Sebab, pembuat review tersebut tidak dibayar atau diberi insentif oleh brand, sehingga konsumen cenderung melihatnya sebagai rekomendasi yang tulus.

Walaupun IGC sering kali terlihat lebih profesional, sumber yang sama mengatakan bahwa audiens menyadari influencer dibayar untuk mempromosikan produk. Sehingga, mereka cenderung lebih skeptis terhadap kejujuran konten tersebut. Namun, influencer yang memiliki reputasi baik dan dianggap jujur oleh pengikutnya masih dapat menciptakan kesan autentik yang kuat.

Jadi, apa itu IGC? Influencer generated content adalah strategi marketing yang sekilas terlihat mirip dengan user generated content, tapi sebenarnya berbeda. Kunci utama dari influencer generated content adalah kepatuhan konten terhadap brief dari brand dan production value yang lebih tinggi. Sedangkan, user generated content lebih menekankan konten sukarela dari pengguna, sehingga belum tentu profesional seperti IGC.

IGC sangat disarankan kalau Anda lebih ingin memaksimalkan brand awareness dan menjangkau lebih banyak konsumen. Sementara itu, UGC lebih cocok untuk membangun komunitas dan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. 

Yang mana pun pilihan Anda, keduanya berpotensi memaksimalkan penjualan karena 36% pengguna internet di Indonesia menentukan keputusan belanja mereka berdasarkan rekomendasi dari orang lain, baik influencer maupun sesama pengguna.

Mau belajar lebih banyak seputar influencer marketing agar bisa membuat konten yang menarik dan memilih content creator yang tepat? Anda bisa belajar dari marketer yang sudah berpengalaman di bidang tersebut! Caranya, cukup klik sign-up gratis untuk bergabung bersama komunitas “Anak Marketing.” Sebagai anggota, Anda bisa mengakses berbagai insight premium dan menghadiri event sharing dengan key figures di bidang pemasaran Indonesia!

Writer Profile
  • Head of Content at Demand Gen Lab. Suka ngopi pas hujan dan segala hal Jejepangan.

Share This
Comment

Leave a Reply