Setidaknya 44 juta website sudah menggunakan Google Tag Manager. Sesuai namanya, Google Tag Manager adalah sistem yang membantu konfigurasi dan pengukuran tag untuk website Anda. Tag digunakan untuk menggambarkan apa yang dimuat dalam konten, sehingga audiens dapat langsung mengetahui topik dalam halaman terkait. Lalu, bagaimana cara kerja Google Tag Manager? Kenapa harus memakainya? Yuk, kupas tuntas software Google itu di sini!

Google tag manager
Photo credit by Piki

Apa itu Google Tag Manager?

Google Tag Manager adalah tag management system (TMS) yang mempermudah pengelolaan tag di website. Saat sudah memasang GTM ke halaman situs, Anda dapat menerapkan konfigurasi analytics dan pengukuran terhadap tags yang digunakan. Seluruh fitur GTM dapat diakses secara gratis tanpa ada batas, sehingga tidak masalah jika Anda ingin menggunakannya sebanyak mungkin.

Apakah Google Tag Manager mudah dipakai? Google mengeklaim bahwa software ini merupakan solusi gampang untuk membantu mengurus website dan aplikasi mobile. Mungkin itu ada benarnya, karena menggunakan GTM tidak membutuhkan kemampuan coding. Tapi, sebenarnya beberapa pemilik website mengatakan ini tidak begitu mudah bagi pemula. 

Penggunaan software ini membutuhkan pengetahuan mengenai bagaimana cara memasang tag, trigger, dan variabel. Nah, setiap tag atau tracking code pun berbeda satu sama lain. Apabila menggunakan Facebook pixels, Anda perlu pemahaman seputar bagaimana cara kerja tracking  Facebook pixels. Jadi, mudah atau tidaknya tergantung pada seberapa Anda familier dengan teknis pengembangan website semacam itu. Meski begitu, belajar cara menggunakan GTM tidak mustahil, kok.

Apa itu Tracking Code atau Tag

Apabila belum akrab dengan istilah tag, dapat diketahui bahwa ini merupakan cuplikan kode (code snippet) JavaScript yang bisa melacak aktivitas pengunjung website. Cara kerja tag adalah mengumpulkan data, lalu menyampaikannya ke sistem analytics. Setiap kode memiliki fungsi masing-masing, misalnya melacak traffic ke website, ROI dari iklan Google, dan lain-lain. Nah, penggunaan GTM membuat Anda bisa menyatukan semua tracking code dalam satu dashboard.

Alasan Menggunakan Google Tag Manager

  • Bisa tracking dengan cepat

Kehadiran GTM membuat Anda dapat melakukan tracking dengan cepat. Sebelumnya, hal ini harus dilakukan oleh developer. Itu membuat proses lama, karena harus menunggu developer untuk setiap tahap tracking. Bayangkan saja, pemilik website tidak bisa menambah tag, testing tag sendiri, dan memperoleh hasil tracking sendiri.

Dengan GTM, Anda bisa mengimplementasikan tracking code sendiri. Ini pun tidak begitu sulit dan bisa langsung terlaksana. Meski pemula butuh waktu untuk mempelajari software ini, waktu belajar jadi worth it dibandingkan kendala yang dialami sebelumnya.

  • Mudah mengakses semua tag 

Tidak ada lagi pusing karena mencari-cari code snippet JavaScript di berbagai file jika ingin melakukan perubahan. Semua tag kini sudah bisa diakses dalam satu dashboard. Mau menambah tag? Mengganti tag? Menghapus tag? Itu dapat dilakukan lewat dashboard GTM.

  • Tidak butuh kemampuan coding

Nah, Google Tag Manager disebut mudah karena tidak butuh kemampuan coding. Tanpa GTM, pengelola website wajib paham berbagai teknis tracking code, misalnya gaya HTML dan XHTML supaya bisa mengimplementasikan tag yang kompatibel dengan Google. 

User interface dari software ini sengaja dirancang untuk bisa digunakan oleh orang dengan sedikit pengetahuan seputar coding. Karenanya, GTM sering disebut cocok digunakan bisnis skala kecil yang belum memiliki banyak sumber daya teknis.

  • Gratis

Banyak tools yang berbayar di luar sana. Tapi, Google memberikan akses ke seluruh fitur GTM secara gratis. Sebenarnya, ada juga versi premium dari software ini, dengan tambahan 360 pada namanya. Perbedaan GTM dan Google Tag Manager 360 ada pada jumlah workspace, adanya approval workflow, dan kesempatan untuk menghubungkan container lain ketika container utama sedang loading. 

Fitur versi premium lebih cocok untuk digunakan bisnis skala besar. Soalnya, sebetulnya fitur esensial untuk mengelola tag sudah bisa dinikmati tanpa perlu membayar. 

Perbedaan Google Tag Manager dan Google Analytics

Google Tag Manager dan Google Analytics merupakan tools berbeda, tapi sama-sama bisa digunakan untuk tracking website ataupun mobile apps. Dua-duanya juga gratis! Bedanya ada pada apa yang di-track. Dari penjelasan di atas, fitur GTM fokus pada tracking code atau tag di platform pihak ketiga (third party). Nah, Google Analytics benar-benar digunakan untuk melihat traffic dari website.

Cara kerja Google Analytics dimulai dari pengumpulan data page views, sessions, hingga bounce rate. Dari data tersebut, pengelola website dapat memperoleh insight berguna bagi bisnisnya. Misalnya, bounce rate menunjukkan apakah konten website mampu mempertahankan perhatian audiens, atau malah audiens cepat beralih ke website lain. Data kemudian bisa dianalisis, kira-kira apa faktor yang menyebabkannya.

Nah, Google Analytics bisa disambungkan ke GTM sebagai salah satu tracking code. Prosesnya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Bagaimana caranya? Simak beberapa langkah ini:

Elemen Google Tag Manager

  • Tags

Seperti yang sudah dijabarkan di atas, tag adalah code snippet atau tracking pixel dari tools pihak ketiga. Tag ini berperan sebagai alat untuk mengarahkan kerja GTM. GTM membagi tag menjadi beberapa tipe, di antaranya Google Analytics Universal Tracking Code atau GA4, Adwords Conversion Tracking Code, hingga script HTML custom.

  • Triggers

Berikutnya ada triggers yang gunanya memicu agar tag bisa aktif. Fungsi trigger adalah mengomunikasikan kepada GTM kapan, di mana, serta bagaimana bekerja sesuai keinginan pengguna. Di menu Triggers, Anda dapat mengatur apakah Anda ingin mengaktifkan tag sesuai page view, jumlah klik, pengisian form, atau faktor pemicu lainnya.

  • Variables

Variables merupakan informasi tambahan yang mungkin diperlukan GTM supaya tag dan trigger bisa bekerja dengan baik. Dari banyaknya tipe variabel, jenis variabel paling dasar di GTM adalah Google Analytics: Universal Analytics atau sama saja pemasangan Google Analytics di GTM.

Cara Memasang Google Tag Manager

  1. Buat akun baru dan kontainer, atau buat kontainer baru ke akun yang sudah ada.
  2. Pasang kontainer di website Anda.
  3. Tambahkan dan publikasikan tag Anda.

Rekomendasi Tracking Code untuk Google Tag Manager 

Setelah mengaktifkan GTM, Anda dapat melihat bahwa ada lebih dari 70 template tag yang sudah tersedia. Dari berbagai pilihan itu, ini rekomendasi tracking code untuk dipasang di Google Tag Manager:

  • Google Analytics
  • Google Ads Remarketing
  • Crazy Egg atau Hotjar untuk akses heatmap atau page recording

Jika belum pernah menggunakan GTM sama sekali, Anda mungkin memerlukan waktu untuk mempelajari dan membiasakan memakainya. Apabila masih bingung saat sudah sampai sini, Anda dapat menelusuri Google Tag Fundamentals yang disusun Google. Itu memang disusun agar segala kalangan dapat merasakan fitur GTM. Pasalnya, Google Tag Manager adalah produk Google yang dibuat untuk membantu pemilik website melakukan pelacakan terhadap kinerjanya. 

Google Tag Manager adalah sistem penting yang wajib Anda pasang untuk mengelola website ataupun aplikasi mobile. Dari sini, Anda bisa mengetahui bagaimana metrics kinerja platform dari satu dashboard. Jangan ragu untuk menggunakan GTM, karena dampaknya signifikan bagi evaluasi kinerja situs Anda!

Writer Profile
  • Kaylina Ivani

    Marketing enthusiast, penikmat kopi dan senja, penikmat hot chocolate

Share This
Comment

Leave a Reply