Perubahan perilaku konsumen dalam membeli barang sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid-19. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan online shopping semakin diminati akibat pembatasan untuk keluar rumah. Tercatat bahwa 71% konsumen berbelanja secara online pada 2020. Meski pandemi sudah membaik, kegiatan belanja online masih dilakukan, sehingga penerapan strategi digital marketing semakin efektif.

Data menunjukkan bahwa salah satu jenis digital marketing, yakni content marketing, mampu menghasilkan tiga kali lebih banyak lead daripada marketing tradisional. Tidak hanya itu, biaya yang dikeluarkan pun 64% lebih sedikit daripada strategi marketing pada umumnya.

Namun, digital marketing bukan hanya membicarakan mengenai konten. Lantas, apa saja strategi digital marketing untuk B2C yang bisa diterapkan pada 2023? Ini dia informasinya.

Digital Marketing strategy B2C
Photo Credit by Tirachardz

Strategi Digital Marketing 2023 untuk B2C

  • Omnichannel marketing

Konsumen menggunakan internet dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang menonton video untuk menghabiskan waktu, bermain game, mencari informasi lewat Google, atau berinteraksi dengan orang lain di media sosial. Ini menggambarkan ada banyak channel yang mereka gunakan, yang juga berarti ada banyak channel yang memungkinkan Anda bertemu dengan calon konsumen.

Semakin banyak Anda memanfaatkan berbagai channel digital, maka akan semakin besar pula kemungkinan jumlah calon konsumen yang Anda temui lebih banyak. Selain itu, jika Anda membatasi diri dengan hanya menggunakan satu channel, informasi yang bisa didapatkan mengenai konsumen pun akan terbatas. 

Namun, menggunakan banyak channel belum menjamin Anda bisa mengelola segala informasi yang didapatkan dengan baik. Di sinilah peran omnichannel marketing diperlukan. Sederhananya, omnichannel akan menyederhanakan seluruh informasi dari berbagai channel digital ke dalam satu platform. Dengan begini, Anda bisa mengawasi interaksi konsumen dari channel yang berbeda-beda tanpa kehilangan sedikitpun informasi. Pada akhirnya, ini akan meningkatkan pelayanan dan kualitas konten Anda.

  • Real-time messaging platform

Salah satu ciri khas konsumen di media digital adanya keinginan untuk dilayani dengan cepat. Mereka ingin pertanyaannya langsung dijawab, atau masalahnya langsung diselesaikan secepat dan seefektif mungkin. Karena permintaan seperti inilah platform realtime messaging bisa menjadi strategi marketing digital untuk diterapkan pada tahun 2023 dan ke depannya.

Anda bisa menggunakan hybrid chatbots. Sebuah studi menunjukkan bahwa 68% konsumen menyukai chatbot karena langsung mendapatkan jawaban secara instan. Namun, kemampuan chatbot masih terbatas. 

Teknologi tersebut hanya bisa menjawab pertanyaan dasar. Makanya, banyak perusahaan yang menggunakan model hybrid. Maksudnya adalah chatbot bekerja sama dengan manusia untuk menyeimbangkan efisiensi dan personalisasi pesan. Hybrid chatbot bisa masuk ke saluran komunikasi yang sama dengan agen dan menjawab pertanyaan yang sebelumnya sudah diprogramkan. 

  • Menggunakan native advertising

Iklan adalah hal yang tidak disukai oleh banyak orang karena dianggap mengganggu dan membuang-buang waktu. Bayangkan jika harus melihat satu menit iklan sebelum menonton konten video, atau membaca artikel di website yang dikelilingi oleh iklan. Iklan dianggap begitu menyebalkan sampai 47% dari pengguna internet punya ad-blockers pada browser-nya.

Tentu ini kabar yang menyedihkan untuk para marketers. Tapi, masih ada cara lain untuk mempromosikan produk atau jasa tanpa dianggap menyebalkan oleh konsumen. Caranya adalah menggunakan native advertising.

Native advertising merupakan iklan yang dimasukkan ke dalam konten sehingga terlihat seperti iklan ini adalah bagian dari konten tersebut. Konsep ini sama seperti product placement yang seringkali digunakan di film. Pemeran utama wanita menggunakan parfum terkenal sebelum bertemu dengan suaminya. Parfum tersebut terlihat seperti bagian dari film saja, bukan iklan.

  • Konten marketing berbentuk video 

YouTube, Tiktok, dan Instagram adalah tiga media sosial yang tengah bersaing dalam hal video, terutama short video. Youtube sudah terkenal sebagai platform berbasis video sejak awal dan TikTok muncul dengan format video pendek yang menggemparkan media sosial. Namun, Instagram, media sosial yang dulunya berbasis foto ini mulai membelokkan kontennya ke arah short video.

Pada dasarnya, video lebih menarik daripada tulisan. Terutama ketika konsumen ingin mengetahui cara menggunakan sesuatu, atau bagaimana efek dari penggunaan sebuah produk, contohnya penggunaan produk kosmetik. Ini bukanlah asumsi belaka. Data menunjukkan bahwa 82% konten online yang dikonsumsi pengguna saat ini berbentuk video dan tren ini akan terus berlanjut.

Di mana konten video bisa diaplikasikan? Tergantung dari jenis videonya, Anda bisa menggunakan media sosial yang berbeda. Namun, Youtube masih menjadi platform yang digunakan oleh 35% konsumen untuk menonton video, disusul dengan Facebook dan TikTok.

  • Influencer marketing

Influencer bukan lagi istilah yang asing di Indonesia, terutama bagi penyuka fashion dan beauty. Saat ini, semakin banyak brand yang menginvestasikan lebih dari 30% budget-nya untuk menggunakan influencer. Mengapa demikian?

Memanfaatkan Influencer adalah salah satu cara untuk membawa lebih banyak followers dan engagement ke akun bisnis Anda. Ada fakta menarik mengenai konsumen Indonesia, yaitu mereka lebih memilih untuk follow Influencer daripada brand. Maka, tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan influencer untuk me-review produk Anda.

Jumlah followers adalah hal yang perlu Anda perhatikan sebelum melakukan influencer marketing. Influencer yang memiliki jutaan followers belum tentu akan menghasilkan engagement yang tinggi. Justru, influencer dengan 1000 followers bisa menghasilkan engagement 85% lebih banyak. Ini karena influencer dengan followers yang sedikit cenderung memiliki lebih banyak teman daripada fans. Statistik menunjukkan bahwa 84% konsumen lebih memercayai rekomendasi produk dari temannya daripada iklan.

  • Manfaatkan AI dan analytics

Menerapkan digital marketing membuat Anda harus berteman akrab dengan big data. Data yang dikumpulkan dari omnichannel, performa konten di media sosial, hingga perilaku konsumen, bukanlah data yang sedikit. Namun, semua ini bisa diatasi dengan Artificial Intelligence.

Penggunaan AI untuk mengumpulkan data bisa menjadi bantuan besar untuk bisnis. Dengan begini, data bisa dianalisis dan digunakan untuk membuat keputusan tertentu. Pada tahun 2019, sebuah laporan menunjukkan bahwa AI sudah digunakan oleh 28% marketers untuk rekomendasi produk, sementara 26% lainnya menggunakan AI untuk optimalisasi campaign demi keberhasilan strategi digital marketing-nya.

Jika Anda perhatikan, ketujuh strategi digital marketing untuk B2C di atas lebih terfokus pada efisiensi proses komunikasi dengan konsumen, serta membangun hubungan yang baik dengan konsumen. Namun, yang terpenting adalah menyesuaikan strategi tersebut dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan Anda. Mengombinasikan beberapa strategi di atas juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mencapai tujuan.

Writer Profile
  • Ivanka Veronica

    Senior Social Media Specialist at Demand Gen Lab. Anak konten sejati.

Share This
Comment

Leave a Reply