Sebelumnya, kita telah mempelajari strategi dasar email marketing yang bisa dipraktekkan dengan mudah. Dalam pembahasan email marketing kali ini, Rima Fara dari anakmarketing.com akan kembali berdiskusi dengan Pramoedya Agrilli, Email Marketing Specialist dari MTARGET, startup email delivery platform di Indonesia untuk mendalami lebih lanjut strategi email marketing untuk kita coba.

Selain itu, Pram juga akan membagikan beberapa contoh kasus email marketing yang sukses untuk memberikan inspirasi strategi email marketing bagi Anda. Simak ringkasannya di sini.

(Rima Fara) Bagaimana cara mengkonsep pesan email marketing yang baik?

(Pram) Pertama ktia buat strukturnya terlebih dahulu, mulai dari tujuan atau goalsnya. Misalnya goals-nya promosi, baru kita tentukan mediumnya. Karena kita sedang membahas email marketing, berarti mediumnya ya email. Berikutnya kita bahas metriknya, bisa open rate, click rate, atau reply. Baru kita lihat audience-nya, yang tadi kita segmen, lalu asetnya. Asetnya ini bisa dari visual, bisa dari CTA-nya, font-nya, bahasanya, dan sebagainya.

Setelahnya kita bisa mulai membuat seperti flow atau journeynya. Kita mulai dengan compose email, dari subjeknya, pre-header-nya, kontennya, dan waktunya. Waktu kirim juga disesuaikan dengan target tujuannya.

Bagaimana cara membangun email list building yang potensial? 

Jadi kalau dari email list sendiri cara mendapatkannya bisa dari website kita, bisa menggunakan push notification seperti di artikel kita. Contohnya kita menawarkan subscribe email untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap di newsletter. Kita juga sering menggunakan newsletter untuk membantu ini.

Apa do’s and don’ts-nya saat menjalankan email marketing? 

Kalau dari do, itu misalnya audience sudah subscribe ke kita, kita harus secepatnya mengirim email welcome, dengan personalisasi juga. Berikutnya juga harus membuat subjek dan pre-header sesuai dengan isi konten. Itu paling penting karena saya sendiri pernah mendapat email, yang emailnya itu clickbait, 50% diskon, tapi ketika saya klik ternyata cuma 20% tidak sesuai sama subjeknya. Strategi email marketing seperti itu justru bisa mengurangi rasa kepercayaan konsumen. Nantinya konsumen malah tidak percaya lagi sama kita. Kepercayaan itu tetap nomor satu, jadi harus sesuai dengan isi konten. 

Lalu yang ketiga itu ada segmentasi kontak. Itu harus benar-benar sesuai agar tidak random kita mengirimnya, tepat sasaran. Lalu kita juga memperhatikan aset elemen di email, seperti contohnya font-nya. Kalau boleh saya sarankan dari atas sampai bawah itu harus sama, konsisten dan juga yang mudah dibaca. 

Berikutnya juga ada CTA (call-to-action). CTA ini sangat membantu untuk CTR-nya, untuk meningkatkan CTR jadi dimana mereka bisa klik email kita. Terus juga ada gambar, gambar ini lebih ke visual pemanis, jadi email kita terlihat menarik di mata mereka. Terus yang penting juga adalah mobile, harus bisa responsif, harus bisa kebaca di hp dan tidak kekecilan, kadang kalau email tulisannya terlalu kecil kita sampai lihatnya sampai menyipitkan mata. Terakhir juga mencari waktu kirim yang tepat itu harus banget.

Don’ts-nya, pertama jangan pernah membeli email list, atau data-data yang sudah ada, data mentah yang sudah ada dari orang. Itu kan orang-orang yang belum tahu siapa kita, belum tahu apa-apa tapi kita pakai. Itu kurang efektif nantinya, kurang baik di emailnya. 

Berikutnya mengabaikan email report, nah email report ini jangan pernah diabaikan meskipun hasilnya kurang baik. Dari hasilnya kurang baik itu harusnya kita mencari tahu apa sih kesalahan kita, apa sih yang harus kita improve. Apa subjeknya kurang menarik atau terlalu panjang, ketika terlalu panjang di mobile terpotong. Jadi kita jangan mengabaikan email report. Terus jangan juga mengirim email yang isinya hanya gambar, tanpa teks, tanpa CTA, jadi kurang baik hasilnya.

Bagaimana cara analisa hasil report email marketing?

Sebenarnya sama seperti tadi, balik lagi ke goalsnya, goals-nya itu apa, misalnya mereka cuma ingin open rate, oke yang diperhatikan adalah open rate dan send rate, terkirimnya berapa persen dari jumlah yang mereka kirim. Open rate-nya harus diperhatikan, misalnya untuk saat ini minimal yang bagus itu 10%. Kalau misalnya mereka butuh click rate (CTR) mereka perhatikan CTR-nya, mungkin kalau dari CTR itu adalah isi kontennya, dimana mereka tertarik sama isi content-nya dan mereka klik. Kalau open rate yang harus diperhatikan adalah subjek dan waktu pengiriman. Kalau tampilan email, itu lebih ke CTR, tergantung dari kita membuat strategi email marketing.

Bagaimana cara membuat segmentasi untuk penerima email?

Jadi kita itu pertama harus membuat email list building. Di situ kita mengumpulkan data audiensnya. Misalnya data yang kita punya kita segmen berdasarkan misalnya demografinya atau umurnya sesuai dengan tujuannya. Misalnya tujuannya untuk B2B, nah untuk B2B itu kita berdasarkan demografi sudah cukup. Beda lagi kalau target kita B2C, kalau B2C lebih kompleks jadi kita harus segmen audiensnya itu berdasarkan pencarian, apa yang dia suka, bisa dari analytics google, lebih kompleks ya.

Bisa diceritakan case study yang menarik saat menjalankan strategi email marketing?

Ada salah satu klien kita di industri fintech yang menggunakan email marketing dan berhasil mendapatkan 700 leads pada saat pandemi 2020 kemarin. Dan menurut saya ini menarik case study-nya, karena pada saat pandemi kemarin, email marketing ini tahan terhadap krisis, mereka justru lebih naik dibanding channel-channel lainnya.

Ada contoh brand lain yang berhasil menerapkan email marketing?

Target tiap perusahaan berbeda-beda, ada yang berhasil mendapatkan 8,3 juta downloader itu salah satunya dari MauCash. Lalu ada juga yang menggunakan email marketing berhasil mendapatkan 9 klien B2B. Lalu juga aada dari Yukmakan mendapatkan engagement open rate rata-rata 17%. Lalu ada juga dari Madre, Madre itu berhasil post events menggunakan email marketing. Yang terakhir ada Finansialku, dia mendapatkan 700.000 leads dari email.

Ada satu tips terakhir mas, agar orang yang ingin mencoba email marketing ini bisa berhasil?

Pertama itu adalah dari mindsetnya dulu ya, sebelum menjalankan email ini. Pertama harus mempunyai mindset yang detail oriented yang dimana kita harus detail terhadap apa yang kita kerjakan. Kita harus detail seperti menganalisis needs or wants dari konsumen kita, apa yang mereka butuhkan atau apa yang mereka inginkan, kita harus detail di situ. Terus kita harus fokus sama value-nya, apa yang kita tawarkan. Misalnya contoh kita kalau mendengar kata air mineral, yang dibenak kita pasti Aqua, nah di situlah berarti Aqua berhasil menyampaikan value mereka. 

Ketiga, kita harus berpikir strategi email marketing. Nah untuk strategi dalam apa? Yaitu strategi dalam content-nya, dalam campaign-nya, terus juga kita bisa merancang untuk menjangkau target pasar saat ini. Terus juga kita juga harus kreatif dan inovatif untuk membuat email kita ini menarik, up to date dan memiliki banyak value-nya, yang terlihat value-nya. Terakhir adalah belajar dari kegagalan, email ini tidak selamanya kita gunakan berhasil, ketika kita ingin tahu hasilnya kita harus mencoba. Saya juga awal-awal coba dulu, dan akhirnya tahu nih harus seperti ini, yang penting coba dulu, jangan takut mencoba.

———–

Pada dasarnya, strategi email marketing tiap perusahaan bisa berubah. Namun, tetap kembali ke goals masing-masing. Metrik yang penting juga bisa berbeda. Ada perusahaan yang lebih mementingkan open rate, ada juga yang lebih mementingkan CTR. Apabila perusahaan Anda ingin menerapkan strategi email marketing yang lebih baik, tentukan dulu goals utamanya, baru bangun strategi email marketing untuk Anda sendiri. Selamat mencoba!

Part 1: Strategi Dasar Email Marketing

Part 2: Strategi Email Marketing dan Contoh Kasus yang Sukses

Writer Profile
  • Rima Fara

    Rima Fara adalah product marketing manager di anakmarketing.com

Share This
Comment

Leave a Reply