Jika Anda memiliki bisnis—apalagi yang berbasis online—menginvestasikan budget untuk mempekerjakan tim UI/UX designer bukanlah ide yang buruk. Apalagi, jika tim yang dicari adalah mereka yang telah lama berkecimpung di dunia ini. Melalui pengalamannya, mereka akan tahu mana contoh user experience yang baik dan patut ditiru, dan bagaimana contoh user experience yang harus dihindari. Memangnya, sepenting itukah pengalaman dari user?
Ya, menurut sebuah studi, 70% bisnis online gagal karena memiliki UX yang buruk. Sedangkan pada sebuah survei lainnya, 88% pembeli barang online tidak akan kembali pada suatu website jika mereka merasa experience yang didapatkan tidak menyenangkan. Pada akhirnya, pembeli lebih memilih kompetitor yang berhasil memberikan pengalaman yang memuaskan.
Selain meningkatkan pengalaman user, hal lain yang menjadi kunci suksesnya perkembangan suatu bisnis adalah penerapan content marketing. Setidaknya, itulah yang dilakukan oleh 82% marketer pada sebuah survei yang dilakukan oleh Hubspot pada tahun 2021. Bahkan, 66% marketer yang menganggap content marketing-nya sangat berhasil mengungkapkan bahwa mereka punya lebih dari empat spesialis di bidang konten untuk mencapainya.
Melihat berbagai penemuan tersebut, bisa disimpulkan kalau aspek user experience dan content marketing tidak boleh diremehkan jika Anda ingin mengembangkan bisnis. Untuk memahami kedua aspek tersebut, mari kita bahas lebih jauh mengenai pengertian dan prinsip kerja dari kedua aspek tersebut.
User Experience dan Content Marketing: Pengertian dan Prinsip
Singkatnya, user experience atau UX digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi, respons, dan kepuasan seorang user terhadap suatu produk, sistem, atau pelayanan. Dalam dunia digital marketing, UX bisa merujuk pada bagaimana pendapat seorang pelanggan mengenai pengalaman mereka mencari tahu dan membeli produk dari suatu bisnis.
Umumnya, UX dipasangkan dengan kegiatan desain user interface atau UI design. Itulah mengapa muncul istilah UI/UX designer. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab untuk mendesain sebuah UI untuk meningkatkan UX dari suatu sistem atau pelayanan.
Untuk membuat UX yang optimal, 99designs berpendapat ada tujuh prinsip yang harus diikuti oleh seorang UI/UX designer. Prinsip-prinsip tersebut adalah: Fokus pada user, konsisten, hirarki yang natural, mengutamakan konteks, memberikan kontrol pada user, aksesibilitas yang mudah, dan menguji fungsionalitas sistem dan pelayanan.
Dari ketujuh prinsip tersebut, prinsip yang paling utama adalah fokus pada user. Prinsip ini menjadi dasar dari pengaplikasian prinsip-prinsip lainnya. Jadi, daripada mengutamakan ideologi pribadi, setiap keputusan desain atau hal lainnya yang berkaitan dengan sistem atau pelayanan tersebut harus berdasar pada keinginan dari user. Itulah mengapa dalam UX, salah satu kunci utama untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah dengan melakukan riset.
Sedangkan content marketing bisa diartikan sebagai sebuah strategi marketing yang mengandalkan pembuatan dan penyebaran konten untuk menarik perhatian audiens. Selayaknya jenis marketing lainnya, content marketing juga memiliki tujuan utama untuk menghasilkan keuntungan bagi bisnis tersebut.
Dalam strategi content marketing, bentuk konten yang bisa dibuat sangat beragam. Konten bisa berupa artikel blog, postingan media sosial, podcast, infografik, hingga video. Sebagai informasi, konten video merupakan bentuk konten terpopuler di kalangan marketer, menurut survei yang dilakukan oleh Hubspot.
Jayson DeMers, founder dan CEO dari agensi content marketing AudienceBoom, mengungkapkan bahwa ada tujuh prinsip yang mendasari kesuksesan sebuah usaha content marketing. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah orisinalitas, value atau nilai, konsisten, visibilitas, engagement, kedalaman materi, dan evolusi dari content marketing tersebut. Menurut DeMers, ketujuh prinsip ini masih bisa terus dikembangkan untuk mencapai kesuksesan kampanye content marketing sesuai target.
Dengan mempelajari secara singkat prinsip dasar dari UX dan content marketing, mungkin Anda bisa menyimpulkan bahwa keduanya bisa dibilang memiliki satu tujuan yang sama: Agar bisnis dapat berkembang dengan cara ‘memanjakan’ user. Lalu, apakah ada hubungan antara user experience dengan content marketing?
Apakah Ada Hubungan Antara Keduanya?
Ya, user experience dan content marketing memiliki hubungan yang kohesif. Apalagi, jika membicarakan kedua aspek tersebut dalam konteks digital marketing. Di satu sisi, UX yang buruk akan membuat audiens tidak akan mendapatkan isi dari konten yang disampaikan. Namun di sisi lain, content marketing yang baik dapat meningkatkan UX dari audiens.
Augustin Kendall dari Portent mengungkapkan bahwa ada 4 aspek utama yang mempengaruhi experience dari audiens sebuah konten. Empat aspek tersebut menjadi bukti bagaimana antara content marketing dan user experience sifatnya adalah kohesif alias tidak bisa dipisahkan. Keempat aspek tersebut adalah useful, usable, findable, dan credible.
- Useful
Pertama, tentu saja sebuah konten harus berguna bagi para penontonnya. Pada aspek ini, tujuan utama pembuatan konten bukanlah untuk menjual produk Anda. Bisa dibilang, hal tersebut hanyalah tujuan kedua, ketiga, atau mungkin kesekian. Yang pasti, tujuan utama Anda adalah membantu audiens menyelesaikan masalah mereka yang relevan dengan produk atau jasa yang Anda tawarkan.
Misalnya saja, Anda adalah penjual sepatu dengan value proposition berupa produk yang ramah lingkungan. Untuk menarik pelanggan, Anda bisa menciptakan konten soal bagaimana produksi sepasang sepatu bisa menciptakan 30 pon emisi gas karbondioksida. Jika perlu, Anda bisa menambahkan teknik soft-selling dengan menggambarkan bagaimana sepatu yang Anda produksi bisa melawan dampak negatif tersebut.
- Usable
Berikutnya, persepsi seorang user terhadap suatu konten juga dipengaruhi oleh aspek usability. Jadi, audiens harus bisa dengan mudah menggunakan produk, sistem, serta pelayanan yang Anda tawarkan. Dalam konteks content marketing, artinya audiens harus bisa menavigasikan website dengan mudah untuk menemukan informasi yang mereka cari.
Anggaplah Anda membuat website untuk menampilkan produk-produk fashion yang Anda produksi. Agar lebih unik, Anda menambahkan beberapa fitur yang membuat audiens bisa melihat produk dari segala sisi, atau melakukan mix and match antara satu produk dengan produk lain. Tentu saja untuk meningkatkan user experience, Anda harus memastikan bahwa fitur tersebut bisa dengan mudah digunakan oleh semua audiens dengan berbagai macam gadget yang mereka gunakan.
- Findable
Aspek findable pada content marketing bisa diartikan sebagai mudahnya audiens menemukan konten tersebut, baik secara onsite maupun offsite. Secara onsite, aspek ini berhubungan dengan hirarki situs atau bagaimana seseorang bisa menemukan informasi yang diinginkan dengan mudah saat menjelajahi website Anda. Misalnya, audiens bisa menemukan background bisnis Anda melalui halaman ‘about us’.
Sedangkan secara offsite, aspek findable berhubungan dengan Search Engine Optimization atau SEO dan Search Engine Marketing atau SEM. Jadi, konten informatif yang telah Anda buat harus bisa dengan mudah ditemukan oleh audiens yang telah Anda targetkan.
- Credible
Terakhir, terdapat aspek credible atau kredibilitas. Dalam strategi content marketing, konten yang dibuat wajib memiliki kredibilitas atau bisa dipercaya. Untuk meningkatkan kepercayaan dari audiens yang mengkonsumsi konten, Anda bisa menambahkan data untuk mendukung opini, atau menyertakan sumber suatu fakta. Mari kembali pada contoh Anda sebagai pemilik bisnis sepatu ramah lingkungan.
Dalam suatu artikel, Anda mengklaim bahwa sepatu biasa bisa menyebabkan berbagai macam kerugian terhadap lingkungan karena banyak bahan dasarnya yang tidak biodegradable. Audiens pasti akan bertanya-tanya: Kenapa konten Anda bisa mengklaim demikian? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, Anda bisa menyertakan sumber terpercaya, baik itu berupa jurnal atau laporan penelitian lainnya.
Pentingnya membuat konten untuk user experience
Membuat konten yang mendukung user experience dari audiens adalah hal yang wajib Anda lakukan. Jika dilakukan dengan tepat, Anda bisa dengan mudah menaikkan engagement, meningkatkan brand authority, serta membuat konten Anda lebih mudah ditemukan oleh audiens melalui algoritma Google.
Oleh karena itu dalam membuat konten, sebelumnya tim konten harus berdiskusi dengan tim UI/UX designer untuk mencari tahu contoh user experience yang diinginkan dari target audience. Dengan berpacu pada contoh user experience tersebut, tim konten dapat melaksanakan strategi content marketing yang sejalan dengan gambaran desain dari tim UI/UX Designer.