Dalam interview bagian kedua dengan Ivanka Veronica, Senior Social Media Specialist di Penulis.ID, kita banyak membahas berbagai strategi menarik untuk bisa mengeksekusi community-based social media campaign. Dengan dampak penting community-based social media campaign yang kita ketahui bisa meningkatkan brand loyalty, mengeksekusi strategi yang jitu jadi sangat penting. 

Untuk interview bagian ketiga dan terakhir ini, Ivanka akan berbagi mengenai strategi, case study, dan cara membangun tim konten yang solid untuk bisa mengeksekusi community-based social media campaign.

Wawancara tim Anakmarketing.com dengan Ivanka Veronica, Senior Social Media Specialist Penulis.ID

(Rima – anakmarketing.com) Apakah menggunakan influencer bisa membantu brand dalam membangun komunitas?

(Ivanka) Influencer bisa menjadi bantuan. Mereka kan sudah punya audiens, jadi mereka bisa membawa audiensnya ke brand ini, selama valuenya masih sejalan. Jaman sekarang, kita tahu sebuah brand awalnya dari influencer. Jadi dari mereka, audiens itu jadi bisa kenal suatu brand, harapannya audiensnya jadi kepo dan melihat konten brand tersebut lebih lanjut. 

Tapi bahkan setelah audiens dari influencer ini sudah follow brandnya, brand harus terus berpikir tipe konten apa yang nanti valuenya akan sejalan dengan audiens ini. Influencer hanya sebatas membawa audiens baru ke komunitas kita, berikutnya tugas kita untuk membuat mereka mau bertahan. Influencer tidak bisa mempengaruhi seseorang untuk terus memfollow brand kita tau tidak.

Apakah ada case study menarik tentang startup yang menggunakan strategi community dan berjalan baik? Di antara klien Penulis.ID atau brand lainnya juga boleh

Ada satu brand besar yang campaignnya menarik, Slack. Slack sendiri adalah business collaboration tools. Dia menggunakan twitter sebagai customer servicenya. Tempat komplain dan orang tanya-tanya. Kalau ada error atau apa, orang langsung ke twitternya slack, dan langsung ditanggapi. Strategi ini bisa meningkatkan kepercayaan customer. Mereka tidak malu menunjukkan bahwa banyak orang yang komplain karena appnya error. Mereka lebih fokus ke menyelesaikan masalah customernya.

Case menarik lainnya klien Penulis.ID yaitu Trakteer. Nah Trakteer ini platform untuk content creator bisa monetize kontennya dalam bentuk “traktiran” yang bisa diuangkan. Trakteer ini sangat community-based, karena user mereka adalah content creator dengan audiens mereka masing-masing. Social media mereka bisa jalan karena kita bisa kerja bareng content creator itu untuk mendukung mereka di Trakteer.

Kalau startup ingin mengeksekusi social media yang community based, idealnya mereka harus punya role apa saja?

Idealnya perlu empat role: digital strategist, content creator, visual designer, dan video editor. Mereka perlu kerja bareng. Digital strategist harus mencari strategi apa yang bisa membantu brand ini meraih goalnya, entah itu menaikkan engagement rate atau follower. Dari sana, content creator akan masuk untuk membantu membuat konten apa yang kira-kira bisa mengeksekusi strategi itu. Berikutnya visual designer dan video editor akan membantu pembuatan kontennya tergantung format konten apa yang nanti akan dipakai. Mereka juga harus berpikir bagaimana konten ini lebih menarik secara visual untuk audiensnya.

Ada tips hiring anak content untuk social media campaign yang oke?

Yang pasti mereka harus suka main socmed. Kalau dia sering main socmed, dia jadi tahu trend-trend apa yang lagi rame di socmed. Dia juga jadi paham platform-platformnya. Kalau dia peka dan teliti, dia juga bisa jadi tahu algoritma masing-masing platform seperti apa.

Bonus poin terakhir, kalau dia mengerti analytic akan lebih baik. Anak konten yang bagus harus bisa ngereview apakah konten yang sudah kita buat itu aslinya baik atau enggak menurut analytic.Kita juga bisa membuat strategi baru yang berdasarkan analytic, nanti hasilnya bisa lebih baik buat brand.

——

Video Wawancara tim Anakmarketing.com dengan Ivanka Veronica, Senior Social Media Specialist Penulis.ID

Kalau kita recap semua, community-based social media campaign ini bisa sangat bermanfaat bagi brand dengan strategi yang tepat. Setelah berhasil mengidentifikasi audiens yang tepat, kita bisa mencoba berbagai strategi yang berhasil diterapkan dan dibahas di tiga rangkaian interview kami bersama Ivanka. 

Temukan value yang sejalan dengan audiens Anda, perlahan bangun komunitasnya dengan selalu memberi value ke komunitas, pertahankan mereka dengan berbagai cara, dan pastikan Anda memiliki tim yang solid untuk bisa mengeksekusi semuanya.

Part 1: Kenapa Community-Based Social Media Campaign itu Menarik

Part 2: Strategi Community-Based Social Media Campaign yang Jitu

Part 3: Contoh Kasus dan Membangun Tim Untuk Eksekusi Community-Based Social Media Campaign

Writer Profile
  • Kaylina Ivani

    Marketing enthusiast, penikmat kopi dan senja, penikmat hot chocolate

Share This
Comment

Leave a Reply