Per 30 Desember 2022, pemerintah mencabut kebijakan PPKM yang dilakukan untuk mengatasi wabah Covid-19. Sebelum itu, pemerintah sudah memperbolehkan 100% WFO sejak pertengahan 2022. Melihatorang-orang kembali berkegiatan di luar rumah, mungkin muncul pertanyaan menarik seputar dunia marketing di benak Anda: Bagaimanakah tren strategi pemasaran digital pasca pandemi? Apakah strategi digital marketing 2023 nanti akan mengalami penurunan minat?

Nah, artikel ini akan membahas mengenai perubahan strategi pemasaran digital pasca pandemi, serta tren digital marketing 2023 yang akan datang. Tapi sebelum itu, Anda harus memahami bagaimana perilaku konsumen pasca pandemi kemarin.

work from home
Photo Credit by Freepik

Perilaku Konsumen Pasca Pandemi, Apakah Berubah Drastis?

Jawaban singkatnya, tidak juga. 

Pertama, mari lihat dari pasar para digital marketer, yaitu pengguna internet. Pada awal tahun 2021, beberapa bulan setelah pandemi, sekitar 59,5% populasi atau sekitar 4,6 miliar orang adalah pengguna internet. Pada pertengahan tahun 2022, angka tersebut naik secara signifikan menjadi 63,5% dari populasi, atau sekitar, 5,07 miliar orang. Artinya, internet masih menjadi lahan yang ramai untuk dimanfaatkan oleh digital marketer.

Namun, bukan berarti perilaku pengguna internet tidak berubah. Pada awal tahun 2021, DataReportal mencatat bahwa rata-rata orang menghabiskan waktu sekitar 6 jam 55 menit setiap harinya untuk menggunakan internet. Namun, angka tersebut terus turun dan pada pertengahan 2022, mencapai angka 6 jam 37 menit. Sebagai perbandingan pada Q3 tahun 2018, pengguna internet menghabiskan waktu rata-rata 6 jam 48 menit per harinya untuk menggunakan internet.

Artinya, saat ini orang-orang menggunakan internet dengan durasi yang bahkan lebih singkat daripada saat sebelum pandemi dimulai. Kalau begitu, perlukah Anda mengurangi porsi pemasaran digital Anda nanti? 

Sebelum memutuskan hal tersebut, mari lihat terlebih dahulu pertumbuhan penjualan eCommerce secara global. Dari tahun 2020 ke tahun 2021, peningkatannya memang cukup besar, yaitu 17,1%. Para ahli berpendapat bahwa peningkatan tersebut terjadi karena adanya pandemi yang mengubah pola perilaku berbelanja konsumen. 

Lalu, bagaimana pada tahun 2022? Ternyata, peningkatannya “hanya” 9,7% saja dari tahun 2021. Namun, mereka juga berpendapat bahwa pertumbuhan ini akan terus terjadi hingga tahun 2026 nanti. Artinya, perilaku konsumen untuk berbelanja secara online masih terus berjalan. 

Kalau begitu, bagaimana tren pemasaran digital pada 2023?

Tren Pemasaran Digital 2023

Setelah melihat penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa tidak ada ancaman berarti bagi perusahaan yang menggunakan digital marketing sebagai strategi marketing utama mereka. Hanya saja, para ahli berpendapat bahwa akan ada perubahan tren marketing pada tahun 2023 nanti.

Nah, untuk membantu Anda memahami tren marketing 2023 nanti, kami telah merangkum prediksi mengenai strategi pemasaran digital yang akan digemari pasar.

  • Influencer marketing makin merajalela

Menurut studi dari eMarketer, pengeluaran untuk influencer marketing selalu naik dalam beberapa tahun terakhir, dan akan terus naik hingga 2024. Untuk 2023 sendiri, bisnis di Amerika Serikat diprediksi akan mengeluarkan 6,16 miliar USD untuk strategi influencer marketing, naik 23,4% dari tahun sebelumnya. Selain jumlah pengeluaran yang naik, perubahan lainnya berada pada bagaimana marketer mengeksekusi strategi influencer marketing tersebut. 

Dari studi yang sama, dikatakan bahwa TikTok lambat laun akan menjadi salah satu platform favorit marketer, bahkan mengalahkan Facebook. Pernyataan tersebut sesuai dengan prediksi dari Dyana Najdi, salah satu Managing Director of Video and Display dari Google. Ia berpendapat bahwa pada tahun 2023 nanti, format video pendek akan merajalela dalam dunia digital marketing. Saat ini saja, 73% konsumen lebih memilih menonton video pendek untuk mempelajari sebuah produk atau jasa.

Terakhir, perubahan tren seputar influencer marketing akan terjadi pada siapa yang dicari oleh brand. Simplilearn berpendapat bahwa pada 2023 nanti, jumlah selebriti yang mempromosikan suatu produk akan semakin berkurang. Menurut mereka, konsumen sudah lelah dengan endorsement yang dilakukan para selebriti tersebut. 

Hal sebaliknya terjadi pada para micro-influencer. Micro-influencer adalah influencer yang memiliki pengikut dalam jumlah kecil─sekitar 1000 hingga 100.000 followers. Menurut MarketingHub, micro-influencer justru mendapatkan jumlah engagement yang lebih besar saat mempromosikan suatu produk daripada mega-influencer. Jadi, tidak heran kalau bisnis mulai beralih ke para micro-influencer tersebut.

Jika menilik seluruh data tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa kedepannya, akan semakin banyak brand yang mempercayakan pemasaran produknya kepada para influencer TikTok yang memiliki followers sekitar 1000 hingga 100.000. 

  • Social commerce akan meningkat

Sudah jadi pengetahuan umum jika semenjak pandemi pada tahun 2020 kemarin, tren online shopping meningkat tinggi. Akhirnya, konsumen pun terus menuntut pengalaman berbelanja yang lebih seamless. Di sinilah konsep social commerce muncul.

Singkatnya, social commerce merujuk kepada konsep penggabungan antara media sosial dengan eCommerce. Saat ini, raksasa media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok telah mengimplementasikan fitur social commerce mereka masing-masing. Konsumen pun menyambut fitur-fitur tersebut dengan positif dan setiap media sosial tersebut sukses meraih keuntungan

Mengingat tren strategi influencer marketing yang diprediksi akan naik, tidak heran kalau penggunaan social commerce juga akan meningkat. Karena dengan social commerce, konsumen jadi lebih mudah membeli produk yang dipromosikan oleh seorang influencer melalui media sosial.

Misalnya saja, sebuah brand topi ingin memasarkan produk terbarunya dengan metode influencer marketing. Dengan adanya social commerce, maka pengalaman berbelanja customer akan terasa seamless. Mereka tidak perlu pindah aplikasi, atau berangkat ke website resmi brand topi tersebut. Cukup dengan beberapa kali klik, customer dapat menyelesaikan transaksi dengan mudah.

  • Augmented reality shopping makin digemari

Beberapa tahun terakhir, telah berkembang metode belanja yang disebut dengan Augmented Reality shopping atau AR shopping. AR shopping adalah teknologi yang membuat konsumen bisa mencoba produk yang akan mereka beli secara virtual. Untuk mencobanya, konsumen bisa menggunakan gadget seperti smartphone, atau VR headset. Dengan begitu, konsumen bisa melihat apakah produk tersebut cocok untuk mereka atau tidak. 

Sekilas, Anda mungkin merasa belum pernah mencoba teknologi ini. Padahal jika Anda aktif di media sosial, kemungkinan besar Anda sudah pernah melihat atau bahkan mencoba salah satu bentuk teknologi AR shopping. Misalnya saja, filter pada story Instagram yang membuatmu seolah-olah memakai make-up tertentu. Nah, dengan filter tersebut, Anda bisa melihat apakah warna suat makeup cocok dengan wajah Anda atau tidak.

Pada tahun 2023 nanti, AR shopping akan semakin digemari oleh konsumen. Bahkan, 48% konsumen mengatakan bahwa mereka tertarik untuk menggunakan teknologi AR dan VR untuk berbelanja untuk beberapa tahun ke depan. Untuk saat ini, AR shopping umum digunakan untuk produk fashion, make up, dan furnitur. Namun, bukan tidak mungkin kalau beberapa tahun ke depan akan semakin banyak produk yang bisa Anda “coba” secara online.

  • Penggunaan AI dalam strategi pemasaran digital

Dalam strategi pemasaran digital, Artificial Intelligence atau AI bisa digunakan untuk dua hal. Yang pertama, meningkatkan user experience konsumen dengan fitur chatbot. Chatbot adalah sebuah program yang digunakan untuk menjawab pertanyaan sederhana konsumen dalam bentuk chat atau obrolan. Biasanya, Anda akan menemukan chatbot ini di website suatu brand. 

Nah, dengan bantuan teknologi AI yang semakin mutakhir, chatbot akan bisa menjawab pertanyaan yang jauh lebih kompleks daripada sebelumnya. Tentu saja, hal tersebut akan membuat user experience konsumen menjadi jauh lebih mudah. Cognizant bahkan memprediksi bahwa nilai pasar dari Conversational AI akan mencapai angka 1,3 miliar USD pada tahun 2025 nanti, dengan CAGR 24%.

Kedua, perkembangan teknologi AI diprediksi akan memudahkan marketer dalam hal pembuatan konten. Clark Boyd, seorang Digital Strategy Consultant, mengungkapkan bahwa banyak startup yang sedang melatih AI untuk mewujudkan hal tersebut. Misalnya, AI akan dilatih untuk menciptakan puluhan ide konten dan yang perlu Anda lakukan hanyalah mengisi beberapa informasi mengenai brand Anda. Jadi, bukan tidak mungkin kalau pada tahun 2023 ini, akan semakin banyak konten pemasaran digital yang dibuat oleh AI.

Rekomendasi Akhir

Jika bisnis Anda adalah salah satu bisnis yang banyak mengandalkan praktik digital marketing untuk memasarkan produk, jangan khawatir. Banyak konsumen yang akan terus berbelanja secara online, sehingga mengutamakan strategi pemasaran digital adalah pilihan yang relevan.

Tapi, jangan lupa untuk terus mengikuti tren digital marketing 2023 jika Anda tidak ingin kalah saing dengan kompetitor. Tentu saja, tidak semua tren digital marketing 2023 yang disebutkan di atas harus Anda lakukan. Anda bisa memilih sesuai dengan kemampuan, serta target pasar dari bisnis Anda. Bagaimana, sudah terpikir bagaimana strategi pemasaran digital Anda pada tahun 2023 ini?

Writer Profile
  • Naufal Shabri

    Post graduate at UGM. Movie enthusiast dan anak gaul Surabaya

Share This
Comment

Leave a Reply