Penggunaan WhatsApp telah menjadi populer di Indonesia. Namun, dalam marketing, penggunaan WhatsApp for Business masih sering terbatas dalam perusahaan B2C. Sebenarnya, apakah bisnis B2B juga bisa mengeksplorasi dan menciptakan strategi WhatsApp yang ciamik juga?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Adhika Dwi Pramudita, Managing Director Penulis.ID, berbincang dengan Rizqi Isnurhadi, Marketing Manager Sleekflow untuk market Indonesia. Inilah cara bisnis B2B menerapkan strategi WhatsApp yang berhasil membantu tim marketing mereka!

(Adhika) Salah satu tantangan marketing bisnis B2B adalah melakukan pre-qualify leads, untuk kita tahu apakah leads tersebut qualified atau tidak. Dengan automation di WhatsApp for Business, sepertinya bisa kita setting untuk membantu ini ya mas?

(Rizqi) Mungkin lebih spesifik ya mas untuk studi kasus B2B memang kita punya klien yang menggunakan flow ini sebagai pre-qualifying klien. Kalau di B2C biasanya less pre-qualifying, tapi biasanya lebih personalization question, kalau di B2B memang ada cara-cara untuk pre-qualification questions. 

Misal contohnya kita ada client yang bergerak di influencer marketing. Ketika ada leads ngechat, mereka akan ditanya sekarang jualan dimana, misalnya apakah di TikTok shop, Instagram atau marketplace. Setelah mereka mengklik, mereka ditanya lagi misalnya industrinya apa, punya admin berapa orang. Jadi data ini semua sampai di tim mereka, dia sudah tahu semuanya prioritize siapa yang mau dikontak siapa yang tidak.

Kalau kita bahas bisnis yang kecil tapi menjelang menengah. Rata-rata mereka biasanya sudah punya sistem CRM mereka sendiri, seperti Zoho misalnya. Kalau perusahaan seperti itu ingin menggunakan Whatsapp for Business, apakah integrasinya mudah? Terutama untuk kasus perusahaan B2B yang rata-rata biasanya sudah memiliki CRM sendiri?

Jadi mungkin sebelum ke sana, aku ingin cerita sedikit. Sleekflow kan sebenarnya memiliki fitur CRM sendiri. Jadi, kita bisa dibilang messaging tools yang punya CRM-nya sendiri. Tapi tentunya CRM capability-nya cukup ada keterbatasan jika dibandingkan Hubspot atau misalnya Salesforce, sehingga memang ada 2 perspektif tentang penggunaan Sleekflow.

Penggunaan Sleekflow sebagai CRM biasanya bisnis-bisnis kecil atau Sleekflow sebagai messaging toolsnya aja, biasanya dipakai perusahaan menengah skala lebih besar. Untuk yang kedua tadi kita punya integration dengan existing CRM, kita punya native integration dengan Hubspot dan Salesforce, untuk Zoho sebenarnya kita bisa integrasi juga menggunakan Zevier atau Mic untuk mengirimkan data bolak-baliknya dari sana ke sini.

Nah, biasanya sih bisnis menengah ke besar ini mereka memang sudah punya CRM, tapi biasanya messagingnya terbatas seperti email. Nah, di situ mereka menggunakan Sleekflow sebagai messaging tools aja, nanti di automationnya segala macamnya akan bergerak di CRM-nya. As simple as ketika nanti kita mengumpulkan informasi dari WhatsApp, maka informasi tersebut masuk ke Sleekflow dan Sleekflow akan meneruskan lagi ke CRM dan sebaliknya ketika dari CRM ada automation yang terjadi CRM bisa mengoper infonya ke WhatsApp, jadi dia ada di tengah. 

Nah kalau menjawab pertanyaan Mas Adhika tadi apakah bisa diintegrate, bisa untuk Hubspot dan Salesforce integrasinya mudah integrasi native, sisa copy paste kode saja integrasinya selesai. Mungkin di masa depan CRM-CRM lain kita juga ada plan untuk mengembangkan native integration ini, tapi untuk sementara ini menggunakan third party untuk connect datanya. 

Misal ada orang yang setelah melihat sesi kita, jadi ingin trial Whatsapp for Business. Adakah syarat khusus yang dia harus miliki sebelum bisa menggunakan Whatsapp for Business? Atau semua orang selama mereka memang ingin mencoba bisa langsung saja pakai?

Sebenarnya siapapun yang mau pakai bisa langsung coba saja. Tetapi mungkin aku ingin cerita juga nanti ada keterbatasan-keterbatasan tertentu ketika WhatsApp-nya ini tidak connect dengan Facebook business account yang sudah verified. 

Kalau kita pakai broadcast, itu kan ada limitnya, balik lagi karena WhatsApp memang ingin mencegah agar tidak digunakan sebagai sarana spam. Untuk akun yang belum verified, batas broadcast itu punya limit 50 per hari. Sedangkan yang sudah Facebook verified, dia punya limit 1000 broadcast per hari. Bedanya jauh sekali. Kalau kita ingin sekadar tes, bisa langsung coba saja. Tapi kalau bisnis kita menggunakan strategi WhatsApp ini seringnya untuk broadcast, lebih baik mendapatkan Facebook Business Verification.

Untuk teman-teman yang ingin mencoba mendapatkan verification, dulu kesannya ribet sekali. Di company sebelumnya aku pernah coba dan ribet. Tapi ternyata sekarnag prosesnya jauh lebih mudah. Kalau teman-teman sudah punya PT dan NIB, mengajukannya hanya butuh NIB dan satu bukti lagi dari pihak ketiga yang bekerjasama dengan bisnis teman-teman, misal dari supplier atau vendor untuk membuktikan bisnisnya memang ada aktivitas. Kalau syaratnya lengkap, paling seminggu sudah verified. Jadi kuncinya sudah punya PT saja.

Berarti sekarang jauh lebih mudah ya mas. Jaman dulu perasaan ribet banget untuk verifikasi?

Iya berubah banget dan aku juga nyadar karena sekitar 2020 lah aku pernah ngurus dan itu ribet. Tapi sekarang seminggu sudah jadi. Jadi improve banget dari sisi Facebook.

Untuk bisnis yang ingin mencoba strategi Whatsapp for Business, bare minimum dia harus menyiapkan berapa orang dengan skill apa agar dia bisa eksekusi strateginya dengan smooth?

Oke nah jadi sebenarnya karena platformnya Sleekflow, apalagi untuk bisnis yang platform CRM-nya sendiri sudah pakai Sleekflow yang tidak perlu integrasi dengan Salesforce dan segala macamnya itu cukup mudah. Jadi sebenarnya admin yang pernah bekerja di bidang marketing yang sudah tech savvy yang sudah mengerti ngeklik-ngeklik sudah bisa. Karena sebenarnya UI dari Sleekflow cukup user friendly dan tidak ada coding sama sekali.

Automationnya segala macam itu bisa diset menggunakan flow saja. Orang yang bisa mengerti If titik-titik dan titik-titik nah itu bisa pakai Sleekflow, karena yang diset itu saja. Misal if ada message masuk datanya di-capture. Lalu misal ketika datanya sama dengan A maka kita kirim message X. 

Jadi sesimpel admin yang bisa mengimplementasikan itu, sudah mengerti rule-rule excel saja harusnya bisa. Tidak perlu harus ada technical specialist yang coding untuk mengimplementasi solusinya. Cukup user friendly. Bahkan sebenarnya tidak perlu hiring admin kalau bisa dikerjakan sama business ownernya sendiri kalau bisnisnya masih kecil.

Berarti sebenarnya tidak perlu skill spesifik ya, harusnya semua marketer juga bisa?

Betul, tidak harus ada skill yang terlalu spesifik untuk mengimplementasikannya. Cuma mungkin business ownernya stay up-to-date dengan tren, karena dari sisi strategi WhatsApp seperti yang kita bahas dari tadi kan. Cara mengumpulkan datanya, bagaimana cara kita memberi gratisan untuk dapat data telepon, itu kan business owner harus involve ya.

Ada tips terakhir untuk teman-teman yang ingin menggunakan Whatsapp for Business untuk keperluan marketing terutama agar hasilnya efektif tidak mengecewakan?

Oke sebenarnya tips terakhir ini lebih merangkum keseluruhan strategi WhatsApp ini ya. Kuncinya adalah personalize. Jangan lupa kalau sebagai customer, kita dapat broadcast yang tidak relevan, ya kita akan merasa terganggu, kita tidak mau, jadi jangan lakukan itu ke customer kita. Pastikan broadcasting message apapun itu, sifatnya personalize, sesuai keinginan dari customer.

Misal dia pernah cerita butuh Macbook warna pink, atau dia ingin baju warna orange, ya broadcast tentang itu yang kita kirimkan. Kalau broadcastnya di luar itu, jangan kita scam. Ini akan membangun customer experience yang baik, berujung pada customer loyalty. Harapannya mereka akan terus loyal pada brand kita, jadi nanti bisa repeat order atau mereka bisa menjadi advocate brand kita, ini yang penting. Jadi tipsnya untuk marketing baik lewat WhatsApp atau apapun, sebenarnya ya harus personalize, personalize, personalize.

——————–

Setelah membahas berbagai aspek strategi WhatsApp untuk marketing, kita akan kembali ke sebuah pertanyaan: apa yang paling penting ketika kita ingin menggunakan WhatsApp? Seperti pembahasan dalam tiga rangkaian konten mengenai WhatsApp for Business ini, kita harus memastikan kita tidak nyepam customer kita. Semua broadcast harus personalize. Kita juga bisa memanfaatkan automation WhatsApp untuk personalize dalam kasus B2C, dan untuk pre-qualifying leads untuk kasus B2B.

Semoga pembahasan strategi WhatsApp ini bisa berguna untuk bisnis Anda!

Part 1: Strategi Dasar Marketing Dengan WhatsApp

Part 2: Contoh Kasus Marketing Dengan WhatsApp Untuk B2C

Part 3: Contoh Kasus Marketing Dengan WhatsApp Untuk B2B

Writer Profile
Share This
Comment

Leave a Reply