Bagi sebagian besar marketer, inbound marketing adalah strategi pemasaran yang efektif. Setidaknya, itulah hasil survei yang dilakukan oleh Hubspot. Salah satu alasan mengapa marketer menyebut inbound marketing adalah strategi yang efektif adalah karena kemampuannya untuk meningkatkan jumlah lead. Sebuah studi mengungkapkan bahwa, bisnis yang menerapkan inbound marketing akan mempunyai 126% lebih banyak leads daripada yang tidak menerapkannya.

Jadi, tidak heran kalau strategi inbound ini digadang-gadang akan menjadi kunci strategi pemasaran di dunia modern ini. Untuk Anda yang ingin mengenal inbound marketing lebih jauh lagi, kami telah merangkum pengertian dari metode inbound, dan perbedaannya dengan outbound marketing.

Inbound Marketing, Sebuah Strategi Pemasaran Modern

Inbound marketing adalah sebuah strategi pemasaran yang berlawanan dengan strategi pemasaran tradisional, atau yang biasa disebut outbound marketing. Pada outbound marketing, sebuah konten atau iklan akan ‘dipaksakan’ pada seluruh audience. Namun pada metode inbound, konten atau iklan tersebutlah yang akan digunakan untuk menarik audience. Itulah mengapa metode inbound sering juga disebut ‘pull’ marketing, sedangkan metode outbound disebut sebagai ‘push’ marketing.

Agar lebih paham, mari lihat contoh dari masing-masing strategi marketing.

Pada metode inbound, salah satu strategi yang paling populer adalah content marketing. Bahkan menurut survei oleh HubSpot, 82% marketer saat ini sedang menggunakan strategi content marketing. Pada metode content marketing, yang perlu dilakukan oleh marketer adalah membuat sebuah konten yang memiliki nilai, relevan, serta konsisten untuk menarik perhatian audience. Jadi, marketer lebih mengutamakan untuk menyelesaikan masalah yang dimiliki audience melalui konten tersebut, daripada berusaha menjual produk.

Sedangkan pada outbound marketing, salah satu strategi yang umum dilakukan adalah Cold Call. Pada cold calling, marketer akan menelpon target audience dan menawarkan barang atau jasa yang dijual melalui telepon. Jadi, tujuan utama dari marketer pastinya adalah untuk menjual produk tersebut kepada audience.

Dari kedua contoh, terlihat jelas mengapa metode inbound disebut ‘pull’ marketing, dan mengapa metode outbound disebut ‘push’ marketing.

Masih bingung mengenal inbound marketing dan outbound marketing? Tenang saja karena kami telah merangkum beberapa perbedaan dari kedua jenis marketing tersebut.

6 Perbedaan Inbound Marketing dan Outbound Marketing

  • Pendekatan

Pada marketing inbound, pendekatan yang dilakukan bersifat customer-centric. Artinya, suatu strategi bisnis dilakukan dengan menaruh customer sebagai pusat dari bisnis tersebut. Jadi, bisnis harus memberikan customer pengalaman yang positif untuk membangun loyalitas customer. Nah, dalam pembuatan konten yang customer-centric, fokusnya adalah mengajarkan, mengedukasi, serta membantu customer menyelesaikan masalah. Menjual suatu produk tidak menjadi fokus utama.

Sedangkan pada marketing outbound, umumnya memiliki pendekatan yang bersifat company-centric. Sesuai namanya, strategi bisnis ini menaruh perusahaan tersebut sebagai pusat dalam usaha marketing. Jadi, konten untuk marketing lebih dimaksudkan untuk menjual produk kepada konsumen daripada membantu konsumen menyelesaikan suatu masalah.

  • Prinsip

Prinsip yang digunakan inbound dan outbound marketing juga berbeda. Pada strategi inbound, sebisa mungkin sebuah kampanye marketing dilakukan untuk menarik perhatian audience, tanpa mengganggu mereka. Jadi, sifatnya tidak memaksa dan marketer bergerak pasif.

Berbeda pada outbound marketing, marketer bergerak aktif untuk menawarkan suatu produk kepada konsumen. Bahkan, sebagian besar jenis outbound marketing bersifat ‘mengganggu’ karena bisa muncul kapan saja dan di mana saja, bahkan saat konsumen tidak menginginkannya.

  • Jenis komunikasi

Inbound dan outbound marketing memiliki jenis komunikasi yang beda saat berinteraksi dengan audiencenya. Pada marketing inbound, umumnya komunikasi yang dilakukan bersifat dua arah. Artinya, audience bisa bebas bertanya, dan bisnis juga bebas menjawab, begitu pula sebaliknya. Dengan begitu, informasi yang disampaikan bisa dipastikan jelas. 

Pada outbound marketing, jenis komunikasi yang umumnya terjadi bersifat satu arah, yaitu dari bisnis ke audience. Misalnya saja saat audience melihat iklan sebuah produk makanan ringan di TV. Brand tersebut dapat menyampaikan bahwa makanan ringan mereka rendah kalori dan rasanya lezat. Tetapi jika penonton mempertanyakan mengenai komposisi yang bersifat alergen, mereka harus pergi ke toko swalayan dan melihatnya langsung pada bungkus makanan tersebut. Akhirnya, informasi yang tersampaikan tidak selalu jelas. 

  • Target audience

Perbedaan berikutnya dari outbound marketing dan inbound marketing adalah target audience. Tipikalnya, marketing secara inbound dilakukan dengan media digital seperti blog, media sosial, newsletter, dan konten digital lainnya. Sedangkan pada metode outbound, umumnya dilakukan dengan telemarketing, billboard, atau iklan TV. Dari kedua penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa tiap metode marketing memiliki target audience-nya masing-masing.

Untuk inbound, sebagian besar target audience bisnis mereka adalah pengguna internet yang saat ini mencapai angka 63,5% dari total populasi manusia. Tapi, bukan berarti metode outbound hanya menargetkan 36,5% sisanya. Keunikan dari outbound marketing adalah, metode ini dapat digunakan untuk audience yang jauh lebih general. Baik tua atau muda, pria atau wanita, tersambung internet ataupun tidak, semua bisa menjadi target bagi pelaku outbound marketing.

  • Biaya pelaksanaan

Salah satu metrik yang menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah strategi marketing adalah Return of Investment atau ROI. ROI merujuk pada jumlah keuntungan yang didapat dari sebuah investasi, dalam hal ini biaya marketing. Semakin tinggi ROI, tentu saja semakin sukses sebuah kampanye.

Menurut data dari Hubspot, seorang lead hasil marketing inbound memiliki harga 67% lebih murah daripada lead hasil outbound marketing. Hal ini dikarenakan sebuah bisnis membutuhkan biaya yang besar untuk melakukan outbound marketing seperti membeli slot iklan di TV, memasang billboard, dan lain-lain, tetapi lead yang dihasilkan tidak sebanyak lead dari proses marketing inbound.

  • Cara mengukur kesukesan

Setelah melaksanakan strategi marketing, diperlukan tools untuk membantu mengukur kesuksesan sebuah kampanye. Beberapa metrik yang bisa diukur adalah ROI (Return of Investment), conversion rate pada tiap funnel, dan masih banyak lagi. Selain itu, tools juga bisa digunakan untuk menganalisis apa yang bisa diperbaiki dari kampanye sebelumnya, agar kedepannya sebuah bisnis bisa memperbaiki kampanye mereka.

Untuk mengukur kesuksesan kampanye inbound marketing, ada banyak tools analitik yang dapat digunakan. Beberapa di antaranya adalah Google analytics, Adobe Analytics, HubSpot, Semrush, dan masih banyak lagi. Namun untuk outbound marketing, belum ada tools yang secara khusus mengotomasi perhitungan kesuksesan kampanye dengan mudah, apalagi menyediakan hasil analisis untuk evaluasi kampanye.

Jika melihat keenam perbedaan yang sudah disebutkan, sebagian besar mengarah pada bagaimana marketing inbound lebih efektif untuk dilakukan daripada outbound. Jadi, apakah outbound marketing sudah mati?

Jadi, Apakah Outbound Marketing Sudah Mati?

Jawabannya adalah tidak. 

Mengenal inbound marketing dan menerapkannya mungkin sudah menjadi kewajiban bagi setiap marketer di dunia modern ini. Tetapi, bukan berarti outbound marketing harus ditinggalkan. Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah studi yang mengungkapkan bahwa ‘hanya’ 74% perusahaan saja yang mengutamakan strategi inbound pada marketingnya. Artinya, masih ada perusahaan yang mengandalkan pendekatan outbound untuk menggaet customer.

Meskipun secara praktik mereka berlawanan, tapi kedua strategi pemasaran ini sebenarnya bisa dijalankan secara tandem. Misalnya saja, sebuah bisnis bisa menggunakan outbound marketing untuk menjangkau masyarakat yang belum terlalu aktif di internet, sedangkan inbound marketing adalah cara bisnis tersebut menggapai masyarakat lewat dunia digital.

Oleh karena itu, bagi para marketer modern, mengenal outbound marketing sama pentingnya dengan mengenal inbound marketing. Tidak berhenti disitu, marketer juga harus belajar bagaimana memanfaatkan keduanya secara bersamaan, tapi tetap efisien dalam segi sumber daya. Jangan sampai, seorang marketer menganggap bahwa saat ini, inbound marketing adalah segalanya.

Writer Profile
  • Naufal Shabri

    Post graduate at UGM. Movie enthusiast dan anak gaul Surabaya

Share This
Comment

Leave a Reply